Selasa, 07 September 2010

Simpati Buat Sakineh

Hukum terhadap perempuan Iran, Sakineh Mohammadi Ashtiani, yang dijatuhkan lembaga peradilan Republik Islam Iran saat ini mendapat perhatian yang luas dari dunia internasional. Janda yang ditinggal mati suaminya itu dikabarkan akan segera menjalani hukuman mati dengan cara dirajam -hukuman yang dilakukan dengan melempari terhukum dengan batu hingga mati, merupakan bentuk hukuman kuno terhadap seorang perempuan Yahudi yang kedapatan berzinah, diterapkan sejak zaman Musa. Hukum ini kemudian diserap dalam hukum Islam, dimana Republik Islam Iran merupakan salah satu negara yang masih mempraktekan hukum tersebut. Hukuman itu dijatuhkan menyusul dakwaan perzinahan dengan dua lelaki bukan suami terhadap Sakineh setelah kematian suaminya. Vatikan, diantaranya yang bersimpati, menyatakan akan mengambil langkah diplomasi kepada pemerintah Iran terkait hukum rajam hingga mati bagi Sakineh, yang dipandang Vatikan sebagai tindakan "brutal". Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Vatikan, Federico Lombardi, mengatakan pemimpin tertinggi Katolik sedunia, Paus Benekdiktus XVI, mengikuti pemberitaan ini dengan penuh perhatian dan komitmen, "Posisi gereja melawan hukuman mati sudah sangat jelas dan menghukum mati dengan cara dilempar batu adalah hal yang brutal'', katanya. Lombardi lebih jauh mengatakan Vatikan mungkin akan menggunakan jalur diplomasi guna menyelamatkan Sakineh, tetapi kepada kantor berita Associated Press dia mengakui tidak ada permintaan resmi untuk menginterfensi keputusan yang telah dibuat. Upaya ini bisa mungkin akan mendapat kecaman pedas dari rejim penguasa Iran yang sejauh ini sangat reaktif dan alergi dengan berbagai kritikan maupun kecaman terhadap kebijakan mereka yang disebut mereka sebagai pemerintahan yang sangat Islami karena menjalankan syariat Islam secara ketat itu. Ibu Negara Prancis, Carla Bruni, telah merasakan itu. Dia dikatakan sebagai seorang pelacur yang sudah sepantasnya mati oleh media terkemuka Iran, Kayhan. Sekalipun seorang juru bicara pemerintah Iran mengatakan tak terkait dengan ucapan itu, namun sejauh ini media-media Iran tak pernah lepas dari kehendak pemerintah. Sikap reaktif yang "over dosis" itu menyusul tindakan Bruni dan beberapa selebriti Perancis lainnya, menulis surat terbuka kepada Sakineh Mohammadi Ashtiani. Mereka menyatakan rasa simpati serta menjanjikan dukungan terhadap perempuan malang itu. Sementara itu kabar buruk lain datang dari anak Sakineh, Sajad Ghaderzadeh. Melalui surat terbuka dia menyebutkan ibunya akan menjalani sebuah hukuman lain sebelum hukuman mati rajam itu. Disebutkan hukuman lain itu adalah hukuman cambuk sebanyak 99 kali telah dijatuhkan berdasarkan kesalahan yang telah dilakukan ibunya karena berfoto tanpa mengenakan jilbab. Foto tersebut dimuat oleh koran Inggris the Times pada 28 Agustus 2009. Namun, harian terkenal Inggris itu kemudian meralat, bahwa foto dimaksud adalah foto wanita lain, bukan foto Sakineh. Kalau ini benar, saya kira anda pun akan tersentuh dengan nasib perempuan malang itu yang akan mendapat cambukan sebanyak 99 kali oleh sebuah foto tanpa jilbab yang kemungkinan bukan dirinya sebelum hukuman berikutnya; dilempar... terus dilempar dengan batu, hingga dia meregang nyawa. Sungguh mengerikan!

Tidak ada komentar: